Obat antiperadangan atau antiinflamasi bekerja dengan cara mengurangi atau menghambat proses peradangan di dalam tubuh. Sebenarnya proses peradangan ini merupakan respons alami tubuh terhadap cedera atau infeksi, yang bertujuan untuk melindungi tubuh dan memulai proses penyembuhan. Namun, kadang-kadang peradangan bisa berlebihan dan menyebabkan kerusakan jaringan atau rasa sakit. Obat antiinflamasi dirancang untuk mengatasi masalah ini. Ada dua jenis utama obat antiinflamasi:
1. Obat Antiinflamasi Nonsteroid (OAINS)
OAINS bekerja dengan menghambat enzim yang berperan dalam produksi prostaglandin, yaitu zat kimia yang memicu peradangan, nyeri, dan demam. Dengan mengurangi produksi prostaglandin, OAINS dapat mengurangi rasa sakit, demam, dan peradangan. Contoh OAINS termasuk ibuprofen, naproxen, dan aspirin. OAINS sering digunakan untuk mengatasi rasa sakit ringan hingga sedang, demam, dan peradangan, seperti yang terjadi pada arthritis.
2. Obat Antiinflamasi Steroid (Kortikosteroid)
Kortikosteroid bekerja dengan meniru aksi hormon kortisol yang diproduksi oleh kelenjar adrenal dalam tubuh kita. Hormon ini memiliki efek antiinflamasi yang kuat. Kortikosteroid mengurangi peradangan dengan menekan sistem kekebalan tubuh dan menghambat pelepasan zat peradangan di tubuh. Contoh obat ini termasuk prednison, dexamethasone, dan hidrokortison. Kortikosteroid digunakan untuk mengobati kondisi yang melibatkan peradangan berat, seperti asma, penyakit Crohn, dan lupus.
Meskipun efektif, penggunaan obat antiinflamasi, baik steroid maupun nonsteroid, dapat memiliki efek samping. OAINS, misalnya, dapat menyebabkan iritasi lambung, perdarahan lambung, atau masalah ginjal pada beberapa orang. Kortikosteroid dapat menimbulkan efek samping seperti peningkatan berat badan, peningkatan risiko infeksi, osteoporosis, dan perubahan mood atau perilaku.